Bengkulu, jejakkeadilan.com- Tren pemulihan ekonomi di level pedesaan pada sektor pariwisata, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu solusinya adalah dengan pembenahan dan pengembangan desa-desa wisata.
Desa-desa di Provinsi Bengkulu, kini mulai melakukan pengembangan wisata sesuai potensi yang mereka miliki. Bahkan beberapa desa wisata di Bumi Rafflesia, telah masuk nominasi TOP100 desa wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tahun 2021 ini.
“Ini adalah wujud optimisme dari desa dan masyarakatnya, untuk menjadikan sektor wisata di pedesaan menjadi sumber peningkatan kesejahteraan, peningkatan ekonomi baru, bahkan pemulihan ekonomi saat ini, disamping menjaga alam dan kearifan lokalnya,” terang Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah saat berkunjung ke ekowisata desa Batu Ampar Kepahiang, Kamis (26 Agustus 2021)
Merangsang pengembangan desa-desa wisata di Bengkulu, lanjut Rohidin, Pemprov Bengkulu melalui dinas pariwisata menggelar lomba desa wisata tingkat Provinsi Bengkulu. Harapannya, desa-desa yang mempunyai objek serta potensi kunjungan wisata, bisa melakukan pengembangan dan pengelolaan sektor tersebut sehingga mampu menjadi sumber ekonomi baru.
“Tentunya tidak semua desa kita dorong menjadi desa wisata, menyesuaikan potensi dan karakteristik keunikan masing-masing. Bisa jadi ada desa industri, atau sektor lain,” ujar Rohidin.
Rohidin juga menceritakan petualangannya di Desa Belitar Sebrang Kabupaten Rejang Lebong. Desa itu miliki objek wisata memukau yakni Air Terjun Tri Sakti. Masyarakat desa sudah membuat master plan pengembangan pendukung objek wisata dengan perencanaan pembuatan wahana wisata, lengkap dengan kemasan nilai historis.
Wisata Desa Belitar Sebrang juga sempat masuk dalam nominasi TOP100 Desa Wisata kemenaprekraf. Air Terjun Tri Sakti dengan ketinggian tak kurang dari 80 meter dan air panas yang mengalir dari celah-celah batuan tebing batu menjadikan objek wisata di desa yang konon sempat di singgahi Sukarno itu, makin memukau.
“Soal akses keterjangkauan memang masih dibutuhkan pengembangan pembangunan. Tetapi, saat ini akses tak hanya bicara soal keterjangkauan secara fisik hadir berkunjung di tempat itu. Era digital saat ini, sama seperti yang dilakukan di Desa Batu Ampar, mereka mempromosikan dan mengenalkan potensi wisata, produk, serta kearifan lokalnya melalui web, media sosial dan chanel Youtube,” cerita gubernur yang juga menerangkan Pemprov Bengkulu terus mengupayakan terjangkaunya akses internet hingga ke desa-desa.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengapresiasi desa-desa di Bengkulu yang mulai mengembangkan sektor wisata sebagai sumber pendapatan desa dan masyarakatnya. Tak sedikit desa-desa di sejumlah kabupaten membangun spot-spot wisata, wahana wisata keluarga, hingga taman-taman nyentrik. Pengelolaan wisata alam oleh masyarakat desa juga memperhatikan ekosistem alam.
Menurut Rohidin, Pandemi mengubah tren kunjungan wisata yang tadinya mengandalkan jumlah atau kuantitas pengunjung wisata menjadi kualitas pengelolaan wisata itu sendiri. Konsep Desa Wisata dikatakan cukup ‘pas’ dan sesuai.
“Orang mau berwisata yang tadinya ramai, malah jadi mikir. Kini yang dicari adalah wisata yang pengelolaannya menerapkan protokol kesehatan. Wisata alam desa-desa wisata di Bengkulu sangat memungkinkan pengunjung melakukan physical distancing, wisatanya juga lengkap untuk petualang minat khusus,” tutur Rohidin sembari meminta edukasi penerapan protokol kesehatan dari desa.
Dalam kesempatan itu, Kepala Desa Batu Ampar, Harwan Iskandar menjelaskan konsep ekowisata Desa Batu Ampar yang menonjolkan produk lokal dari pemberdayaan perempuan desa, serta penyajian wisata alam yang mengedepankan konservasi.
“Ekowisata Batu Ampar ini orisinil, produknya dari wilayah kita dan diproduksi oleh masyarakat kita sendiri. Begitu juga dengan objek wisata alam, kita mengedepankan konservasi, dimana pemanfaatan alam dengan tetap menjaga alam itu sendiri. Sebagaimana desa ini juga disebut desa kopi tangguh iklim,” kata Harwan.
Berbagai produk unik yang dihasilkan masyarakat antara lain, stik unji (kecombrang), keripik daun kopi, kopi robusta, dan gula aren yang dibuat secara tradisional.
“Tidak mungkin kami mengandalkan jumlah penjualan dan produksi gula merah yang diolah secara tradisional, tetapi kami menawarkan keunikan produksinya,” kata kades yang mengatakan rintisan desa wisata Batu Ampar juga telah mengembangkan web batuampar.id hingga promosi produk desa melalui kanal media sosial. (ADV)
1 Komentar