Anggota DPRD Sumardi Nilai Tidak Terjadi Mekanisme Pasar Terkait Migor Langka

Anggota DPRD Provinsi Bengkulu Sumardi
Anggota DPRD Provinsi Bengkulu Sumardi

Bengkulu– Anggota DPRD Provinsi Bengkulu Sumardi menilai, kelangkaan minyak goreng (migor) di pasaran karena tidak terjadinya mekanisme pasar. Dimana tidak mampu menutupi ongkos produksi tinggi dari penjualan yang rendah, ditambah strategi pemasarannya.

Mengingat mekanisme pasar dari produsen ke konsumen ada jalur yang mesti dilewati, melalui pihak distributor lalu ke pedagang dan baru konsumen sendiri.

“Sebetulnya migor di tingkat pabrik tidak langka, tapi sepertinya tertahan saja, karena setiap produksi itu sudah ada statistik kebutuhan yang mesti dipenuhi. Jadi agar berlakunya mekanisme pasar dan migor tersebut ada di semua lini, idealnya di harga maksimalnya Rp. 25 ribu perliter,” kata Sumardi yang juga menerima keluhan kelangkaan migor ini dalam reses bersama sejumlah warga Kota Bengkulu pada Jumat, (18/3/2022).

Menurut Ketua Komisi III DPRD Provinsi Bengkulu, dengan saat ini mulai berlakunya mekanisme pasar, pasca dicabutnya subsidi migor oleh pemerintah, migor tidak begitu dicari-cari masyarakat.

Bahkan diyakini dengan kondisi saat ini, memasuki bulan puasa Ramadhan nanti, migor ini tidak akan kesulitan lagi dalam mendapatkannya, meski harganya tinggi.

“Kebijakan yang diambil pemerintah dengan mencabut subsidi migor, sudah tepat, karena jika diteruskan hingga 4 sampai 5 bulan kedepan, dipastikan pabrik migor akan bangkut dan pegawainya berhenti. Lantaran tidak mampu menutupi ongkos produksi,” jelas politisi Golkar ini.

Lebih lanjut Anggota DPRD Provinsi dari daerah pemilihan (dapil) Kota Bengkulu ini menyampaikan, migor yang ada sekarang ini sebagian besar memang berasal dari CPO.

Hanya saja karena produksi CPO yang 20 juta ton pertahun semula sebesar 15 persen diperuntukan kebutuhan bio disel, namun sekarang sudah 30 persen, sehingga mau tidak mau produksi migor juga berkurang, ditambah lagi produsen yang mengekspor ke luar negeri.

“Dengan berlakunya mekanisme pasar, kita minta juga harga migor jangan terlalu tinggi, karena jika tinggi, maka akan terjadi inflasi,” pungkas Sumardi. (adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar