BENGKULU– Berbicara soal banjir di wilayah Kota Bengkulu, biasanya terjadi kala datangnya musim hujan, pada rentang bulan September hingga Desember setiap tahunnya.
Namun kali ini, banjir yang terjadi sepertinya tidak demikian lagi. Dimana setiap datangnya hujan, ada saja wilayah di Kota Bengkulu yang terkena banjir. Bahkan ada titik-titik baru terjadinya banjir.
Pernyataan itu diungkapkan Wakil Ketua Komisi II DPRD Provinsi Bengkulu Suimi Fales, ketika menyikapi persoalan banjir yang terjadi di Kota Bengkulu.
Suimi menyebutkan, penyebab terjadinya banjir demikian, karena diistilahkan sudah “rusak sekaset.”
Rusak sekaset dimaksudkan, pertama, terkait dengan kemajuan wilayah Kota yang semakin padat, dan bermunculan perumahan yang terkesan tak terkendali. Dimana pembangunan rumah untuk ditempati masyarakat tidak saja di wilayah daratan, tapi juga sampai ke wilayah rawa yang fungsi awalnya sebagai daerah resapan, ditimbun untuk dibangun perumahan.
“Dengan banyaknya perumahan yang berdiri saat ini, wilayah resapan air sudah habis. Jadi diminta kedepan membangun rumah memperhatikan daerah resapannya,” ujarnya pada Rabu, (24/8/2022).
Kedua, pria yang akrab disapa Wan Sui ini, penyebab banjir di wilayah kota juga disebabkan dari wilayah hulu. Artinya, kiriman air yang menyebabkan luapan air di wilayah kota yang mayoritas dataran rendah, terendam banjir. Belum lagi kondisi sungai muara Bangkahulu telah mengalami pendangkalan, dari dulunya kedalaman mencapai 9 meter, saat ini tidak lebih dari 2 meter. Bahkan muara sungai juga sudah tertutup lumpur atau hanya setengah yang bisa dialiri air sungai.
“Kondisi lain yang terjadi di hulu, karena ada penebangan hutan, sehingga mengakibatkan hutan gundul dan penyerapan air tidak terjadi dari hulunya. Makanya perlu gerakan reboisasi dan Termasuk masyarakat jangan lagi merambah hutan sembarangan,” terang Anggota DPRD Provinsi dari daerah pemilihan (dapil) Kota Bengkulu ini.
Wan Sui juga menyebutkan persoalan sampah juga sebagai penyebab terjadinya banjir di wilayah Kota. Apalagi jika dilihat kondisi sampah di kawasan pantai panjang yang meski hampir tiap minggu ada gerakan bersih bersama-sama, namun tidak kunjung habis. Mengingat sampah tersebut tidak saja berasal dari Kota Bengkulu saja, namun kiriman melalui air sungai ke muara dari wilayah kabupaten.
“Soal sampah ini perlu ada gerakan bersama-sama merubah pola pikir masyarakat se Provinsi Bengkulu, agar jangan lagi membuang sampah sembarangan,” imbuhnya mengakhiri.(adv)
4 Komentar