FRB Korwil Papua Pegunungan Pertanyakan Status DAP Lapago Lestarikan Adat

WAMENA, jejakkeadilan.com– Ketua Kordinator wilayah Forum Rakyat Biasa (FRB) Provinsi Papua Pegunungan, Pontius Omoldoman, pertanyakan tupoksi Dewan Adat Papua di wilayah Lapago dan apresiasi antias masyarakat adat dalam mengangkat identitas asli Papua di Wamena.

Mencermati dinamika perayaan Festival dan Karnaval Papua Pegunungan, dalam momentum Perayaan Festival Lembah Baliem dengan penampilan menjaga keutuhan secara adat,, Setiap penampilan dari 40 sekian distrik di kabupaten Jayawijaya penuh makna khusus bagi penggemar spektakuler itu dengan penuh menikmati, karena menampilkan dengan gambaran khusus yakni tentang perampasan tanah dan istri orang, Kemudian metode perang suku dll.

Bacaan Lainnya

Dari setiap penampilan atau pameran itu membuktikan ketahananNya tidak dapat dieksplorasi dengan niat dan nekat untuk di marginalisasi atau di hapuskan, tetap eksisting dan akan bertahan.

Karana setiap atribut dan cara mempromosikan makna warisan itu dirancang dalam honai adat masing² distrik. Dengan demikian keyakinan para pengunjung bisa dapat mengartikan dengan berbagai aspek tetapi esensi daripada itu ialah komitmen untuk tetap pertahankan nilai budayaNya sendiri.

Kemudian Terkait Perayaan tanggal 10 Agustus, Hari Perayaan Karnaval mulai dari TK Sampai Perguruan tinggi di Prov Papua Pegunungan (Ibukota) Wamena.

Wamena ialah pusat kota penyebaran 8 Kabupaten dari sebelumnya tergabung di dalam 1 Prov induk Papua, Kini dipisahkan menjadi Prov Papua Pegunungan.

Kota Wamena yang penuh terkenal dan sosok mama dari 8 Kabupaten memiliki banyak cerita dan banyak ekso menarik bagi pengunjung Prov Papua Pegunungan.

Dalam perayaan hari emas yang dinantikan dalam setiap tahun dengan tgl 10 Agustus ialah hari karnaval, Dalam perayaan hari spesial ini penuh dengan segala macam dan jenis variasi.

Setiap sekolah memiliki cara mengukir bahan promosi saat pawai dengan nilai menarik penonton terkhusus, selain itu tampilkan dengan nilai menarik perhatian panitia penyelenggara,, Dalam proses menampilkan setiap atribut tidak ada batasan semua bebas, sesukaNya.

Hanya satu saran dari penulis ialah setiap atribut yang ditampilkan wajib dan harus berdasarkan suku dan bahasa dengan menampilkan papan nama, ternyata saking euforia melebihi batas semua di campur dan lebih follow pada pola tepatnya situasi lokasi dan lingkungan.

Saran Kepada Dewan adat provinsi Papua pegunungan perlu mengkaji secara baik dan benar tentang hal² bisa dapat merugi dan biasa menjadi bahan debat kusir panjang di media dll.

Paling tidak harus ada sebuah prolog pembatasan secara hukum adat sebagai rujukan pembahasan dan penetapan di tingkatkan parlementer, Karena semua lembaga harus ada saling kolaboratif demi keutuhan dan integritas budaya itu sendiri.

Banyak pihak rasa senang dan bangga akan setiap momentum yang sering dipromosikan sebagai tanda menghilang rasa jenuh dan resah ditengah kesibukan itu. Kedua agenda ini sudah tercacat secara otomatis yakni Hari Festival dan Karnaval kemudian hari/Bulan Mey,, Bulan ini membuka Wajah kota Dingin ini dikuasai dengan rumput yang penuh warna.

Tupoksi Dewan Adat yang sering menjadi iklan di media nasional dan lokal hanya sebagai simbol mengamankan diri. Sementara tugas khusus sebagai representasi masyarakat adat tentu lenyap dan itu membuktikan karena mereka sebagai pelindung rakyat sipil semakin los control tentang hak adat, hak dasar Masy asli yg memegang warisan adat moyang, Ekspor nilai budaya yang sebenarnya sudh terikat secara adat, benar² nilai budaya sedang dalam ancaman (dekradasi).

Peran serta lembaga adat sejati harus berfungsi dalam situasi ini. Nyatanya sudah terhipnotis dalam praktek politik praktis dan lupa akan kebutuhan warga adat yang sebenarnya memiliki nilai adat mulai kehilangan harapan.

Promosi dan praktek meyakinkan ni budaya kita di Papua Pegunungan itu boleh dan layak tetapi asalkan tidak menjadi bahan dagangan dengan nilai rupiah. Dulu burung cenderawasih tidak pernah dipakaikan kepada pihak lain yang tidak paham/tidak mengerti asal usul burung itu, kini dapat dijadikan sebagai simbol penghormatan bagi setiap tamu undangan sekaligus memberikan tanah dll. Rayuan premanisme semakin nyasar mengambil alih fungsi hak adat Kita menjadi pasar. Semua pihak harus melihat, mendengar dan bertindak.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar

  1. Ping-balik: her latest blog