Site icon Jejak Keadilan

Kampus Tak Tegas Tangani Pemaksaan Pinjol (gimik pencitraan nama baik kampus)

Pejabat Civitas Akademika Universitas Islam Negeri Mas Said Surakarta temui masa aksi, Surakarta (14/08/23) baru-baru ini.

Surakarta – Pemaksaan pendaftaran pinjol pada 4 ribu mahasiswa baru oleh Dema UIN Raden Mas Said Surakarta menunjukan kebodohan literasi digital. Pemberitaan kerjasama Dema dengan pinjol tentu mencemarkan nama baik universitas. Namun, hal tersebut tidak menjadi bahan evaluasi. Rektor tak memberikan ketegasan pada penyelesaian permasalahan PBAK x Pinjol. Hanya menebar gimmick dan membuat seolah-olah kasus tertangani.

Kenyataannya, oknum-oknum panitia PBAK dan pengurus Dema masih berlenggang bebas. Masih terlibat dalam kegiatan PBAK yang jelas-jelas mereka menyalahi kode etik. Rektor tidak mengambil tindakan tegas dan membiarkan oknum-oknum pro pinjol menjadi panitia dan pendamping PBAK. Lagi-lagi, Universitas tidak melindungi maba.

“Dari sini kampus telah mengunakan powernya untuk mengondisikan dari segala lini hanya untuk memperbaiki citra kampus tidak menyelesaikan permasalan dan mengusut tuntas kejadian tersebut. Bilamana penanganan kapus hanya begitu tidak di mungkinkan kampus sebagi ranah akademis dan suber terciptanya SDM yang bekualitas tidak akan mencapi tujuan dari kampus tersebut,” tegas koordinator aksi sekaligus Ketua Umum Komisariat Walisongo.

Lalu bagaimana nasib para maba? Jelas-jelas dalam klarifikasi OJK, Dema telah mengakui adanya pemaksaan dalam pendaftaran pinjol. Namun, kampus masih tutup mata. Seolah mewajarkan sebagai universitas rama pinjol yang jelas-jelas merusak.

“Nasib mahasiswa baru pun juga perlu di petanyakan denga kejadian tersebut dengan kepanitiaan yang gaptek digital dan piak kampus yang hanya mebiarkan saja seakan akan hanya untuk fomalitas saja PBAK di laksanakan,” terangnya.

Sedangkan pengambil alihan PBAK oleh pihak rektorat tidak akan berdampak signifikan. Karena toh, panitia dan pendamping maba sudah menyalahu kode etik. Gambaran gamblang bobroknya literasi digital mahasiswa sekelas UIN.

Sehingga, kami setuju dengan sentilan Menkopolhukam Prof Mahfud MD, “Ini sekarang yang ada di Surakarta kan ya? Yang sekarang ada pinjol mahasiswa itu kan ya. Nah itu, itu yang sedang ramai di TV dua hari ini. Mahasiswa dimakan pinjol semua. Sampai panitianya mau dipecat itu sama rektornya. Karena kami (Dema) menganjurkan, mengadakan Posma (PBAK), dulu namanya Posma ini bekerjasama denga perusahaan pinjaman online, maka semua mahasiswa harus pinjam. Pinjam semua, kena semua. ITU KAN KARENA BODOH DIGITAL!,”.

“Sepertinya, kami (terpaksa) sepakat dengan sentilan Prof. Mahfud. Karena ‘kebodohan’ itu ternyata didukung oleh universitas yang tidak memberikan tindakan tegas,” pungkasnya.
Pihak Rektorat UIN Raden Mas Said belum ada konfirmasi. (*)

Exit mobile version