Bengkulu – Informasi berupa dokumen tertua terkait dengan keberadaan Nahdlatul Ulama di Bengkulu dapatkan diketahui dari naskah surat PB Partai NU yang berangka tahun 1963, yakni: [1] surat PB Partai NU No. 413 tanggal 31 Mei 1963, dan [2] surat PB Partai NU No. 641 tanggal 10 Agustus 1963.
Nahdlatul Ulama yang lahir dan berdiri pada tahun 1926, merupakan Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam, namun sebagaimana diketahui bahwa sejak tahun 1952 Nahdlatul Ulama merupakan partai politik, dan kembali ke khittoh NU setelah muktamar ke-27 di Situbundo tahun 1984. Oleh karena itu, dokumen-dokumen resmi NU di era tersebut masih menyebutkan/memakai nama PB Partai NU, Pengurus Wilayah Partai NU, dan Pengurus Cabang Partai NU.
Dokumen surat Pengurus Cabang NU Manna Nomor 26/II/Tanf/1968 tanggal 7 Februari 1968 menjadi bukti bahwa NU Bengkulu belum berupa wilayah – masih berupa cabang. Dari dokumen ini pada bagian Tindasan (tembusan) nomor dua disebutkan: 1. Pengurus Besar N.U. Di Djakarta, 2. Pengurus Wilayah N.U. di Palembang. – bukan ditujukan kepada pengurus wilayah NU Bengkulu.
Fakta bahwa NU Bengkulu menjadi dan berstatus sebagai wilayah NU Bengkulu, dapat diketahui melalui dokumen surat PBNU yang ditujukan kepada Pengurus Wilayah NU Bengkulu dimulai sejak tahun 1969, sebagaimana surat pengurus wilayah NU Bengkulu ke PBNU Nomor 31/Tanf/Wil/VIII/Bkl/69.
Siapa ketua wilayah NU Bengkulu yang pertama? Ketua wilayah pertama NU Bengkulu adalah Bapak Alwie Achmad. Hal ini dapat diketahui dari surat pengurus wilayah NU Bengkulu ke PBNU Nomor 31/Tanf/Wil/VIII/Bkl/69 dengan perihal penambahan anggota DPRD-GR Bengkulu Selatan-Manna. Surat ini dengan jelas memakai kop surat Wilayah NU dan ditanda tangani oleh Bapak Alwie Achmad sebagai ketua wilayah NU Bengkulu.
Membaca dokumen-dokumen yang ada, penelusuran terkait dengan kapan konferensi wilayah pertama NU wilayah Bengkulu dilaksanakan, belum dapat diketahui dengan pasti. Apabila mencermati dan mengacu pada bulan dan tahun dokumen surat yang ada saat ini, yang dapat menunjukkan NU Bengkulu belum menjadi wilayah adalah dokumen bulan Februari 1968, sedangkan dokumen yang dapat dijdikan sebagai informasi bahwa NU Bengkulu sudah menjadi wilayah adalah dokumen bulan Agustus 1969.
Terdapat kekosongan informasi dan dokumen antara bulan Februari 1968 s.d. bulan Agustus 1969. Dengan kata lain, dalam rentang waktu tersebutlah konferensi wilayah NU Bengkulu pertama dilaksanakan. Apakah tahun 1968 atau tahun 1969? – diperlukan dokumen dan informasi yang valid sebagai bahan untuk memastikan hal ini. Yang jelas masa khidmat dari pengurus perdana Pengurus Wilayah NU Bengkulu adalah tahun 1969-1972, sebab di tahun 1972 dilaksanakan konferensi wilayah NU Bengkulu yang ke-2.
Konferensi Wilayah NU Bengkulu ke-2 untuk masa khidmat tahun 1972-1974, dilaksanakan pada tanggal 2-3 September 1972. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Bapak Alwie Achmad dalam surat pribadinya tanggal 27 Juni 1973 yang ditujukan kepada Bapak Hartono (anggota team pelantikan Partai Persatuan Pembangunan Provinsi Bengkulu tahun 1973).
Pengurus Wilayah NU Bengkulu masa khidmat 1972-1974 dapat diketahui dari dokumen surat PBNU No. 917/Tanf/C/XIX/1972 dengan perihal Pengantar Pengesahan PBNU. Dalam surat ini terdapat ucapan selamat dan pengantar Surat Keputusan PB NU untuk PWNU Bengkulu terpilih hasil konferensi wilayah ke-2.
Ketua wilayah PWNU Bengkulu hasil konferensi wilayah ke-2 tahun 1972, ketua tanfidziyah adalah Bapak Alwie Achmad. Dari surat pribadi Bapak Alwie Achmad kepada Dr. K.H. Idham Chalid – ketua umum PBNU / ketua DPR RI di Jakarta, dapat diketahui (disebutkan) susunan pengurus PWNU Bengkulu masa khidmat 1972 ini adalah sebagai berikut: [1] Rois : K.H.M. Ali Manaf [2] Rois Awwal : Makhmud, [3] Rois Tsani : Japilus, [4] Katib Awwal ; Muhidin, [5] Katib Tsani ; Belum ada, [6] Ketua : Alwie Achmad, [7] Wakil ketua I : Drs. Jamaan Nur [8] Wakil ketua II : Djafri Kalel [9] Sekretaris : Ismail Sain, [10] Wakil sekretaris I : Sabirin Rachim, [11] Wakil sekretaris II : Darussakam, [12] Bendahara ; Suradi.
KETUA TANFIDZIYAH PERTAMA PWNU BENGKULU
Ketua Tanfidziyah pertama PWNU Bengkulu adalah bapak Alwi Achmad. Ayah Alwie Achmad adalah habib Ahmad bin Ali – perantau keturunan Yaman yang menetap di Bintuhan pada awal tahun 1900-an. Ibu Alwie Achmad adalah Kiyama, gadis asli Bintuhan-Kaur Provinsi Bengkulu.
Alwie Achmad dilahirkan pada tanggal 25 Oktober 1925, anak ke-4 dari 11 bersaudara. Nasab Alwie Achmad selengkapnya adalah; Alwi bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Abu Bakar bin Muhammad bin Abu Bakar bin Hasan bin Ali bin Hasan bin Syaikh Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Isa bin Ahmad almuhajir bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali dan Fathimah binti Muhammad.
Dibesarkan di kota kecil Bintuhan sebagai kota Bandar (pelabuhan laut) kala itu, dan menempuh pendidikan di Palembang dan di Jakarta. Situasi politik dan ekonomi yang sulit kala itu – era pendudukan Jepang dan Belanda, memaksa keluarga habib Ahmad bin Ali untuk pindah ke Palembang.
Semasa di Bengkulu, Alwie Achmad dikenal oleh masyarakat Kaur sebagai pedagang dengan merek dagang SAA (singkatan dari Sayyid Alwie Achmad), dan dikenal pula dengan panggilan Habib Luwi. Selain itu berkiprah pula di bidang politik, terlibat dalam usulan pemekaran kabupaten DATI II Kaur, ikut dalam persiapan pembentukan propinsi Bengkulu, sebagai anggota DPRD Bengkulu Selatan, DPRD Provinsi Bengkulu, dan anggota DPR-GR RI Jakarta.
Adapun di Nahdlatul Ulama, Alwie Achmad aktif mengikuti berbagai pengkaderan di NU, dengan aktif di NU, maka Alwie Achmad merupakan SDM NU yang aktif bersama dengan Subhan ZE, Bapak Syaiku, Bapak Idha Chalid, dan tokoh nasional NU lainnya. Sedangkan di Bengkulu, Alwie Achmad banyak berkiprah bersama tokoh NU Bengkulu, seperti bapak Ma’sum Tho’at, Japri Kalel, Dahlan Zaini, dan lain-lainya. Alwie Achmad meninggal di Palembang pada tanggal 24 Juli 1990 dan dimakamkan di komplek pemakaman Gubah Duku Jln. M. Isa, 8 Ilir Palembang.
Penulis: Japarudin Al-Kawuri (Dosen UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu)