Lonjakan Harga Cabai: Pemkab Mukomuko Turun Tangan Stabilkan Pasar

Seorang pedagang cabai merah di pasar tradisional Mukomuko memilah barang dagangan di tengah lonjakan harga bahan pokok tersebut.

Mukomuko, JejakKeadilan.com – Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, bersiap menggelar operasi pasar guna menekan lonjakan harga cabai merah serta menstabilkan harga kebutuhan pokok lainnya menjelang bulan suci Ramadhan tahun 2025. Langkah ini diambil untuk meredam keresahan masyarakat yang terdampak tingginya harga cabai merah hingga mencapai Rp80.000 per kilogram.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop-UKM) Kabupaten Mukomuko, Nurdiana, menjelaskan bahwa kelangkaan pasokan akibat cuaca buruk serta melonjaknya permintaan menjadi penyebab utama kenaikan harga tersebut.

Bacaan Lainnya

“Permintaan meningkat tajam, tetapi stok di pasaran minim. Hukum pasar seperti ini memang tidak bisa dihindari,” ujar Nurdiana pada Rabu kemarin di Mukomuko.

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat, curah hujan yang tinggi belakangan ini telah menyebabkan hasil panen cabai merah berkurang drastis. Situasi diperparah oleh tingginya permintaan menjelang Ramadhan, yang kerap diiringi peningkatan konsumsi bahan pokok seperti cabai merah.

“Memasuki bulan puasa biasanya permintaan memang naik, ditambah ada acara-acara besar seperti pesta pernikahan yang memperbesar kebutuhan akan cabai merah,” tambahnya.

Sebagai respon atas kondisi tersebut, Disperindagkop-UKM Kabupaten Mukomuko berencana mengadakan operasi pasar murah pada Maret 2025, beberapa minggu sebelum dimulainya bulan Ramadhan. Langkah ini diharapkan dapat membantu menstabilkan harga cabai merah agar lebih terjangkau bagi masyarakat.

Lonjakan Harga Membuat Warga Resah
Warga Mukomuko mulai mengeluhkan harga cabai merah yang terus melambung dalam beberapa pekan terakhir. Di salah satu warung sayur di Kelurahan Bandar Ratu, Kecamatan Kota Mukomuko, harga cabai merah tercatat naik dari Rp40.000 per kilogram menjadi Rp55.000, hingga mencapai Rp80.000 per kilogram dalam waktu yang cukup singkat.

“Kenaikan harga ini sangat memberatkan kami. Mau tidak mau, masakan kami sehari-hari harus dikurangi cabainya karena terlalu mahal,” keluh Nisa, warga Desa Ujung Padang, Kecamatan Kota Mukomuko.

Cabai merah merupakan bahan pangan esensial bagi masyarakat Mukomuko, yang berada sekitar 270 kilometer di utara Kota Bengkulu. Meski harganya melonjak tajam, mayoritas warga tetap berusaha membeli demi memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.

Namun demikian, keterbatasan daya beli membuat sebagian masyarakat terpaksa memutar akal untuk mengurangi penggunaan cabai merah dalam menu makanan harian mereka. Operasi pasar murah yang digagas pemerintah diharapkan menjadi solusi efektif untuk meringankan beban ekonomi warga sekaligus menstabilkan harga di pasar tradisional setempat. (jk)