Satu Dekade BMO: Perjuangan Media Melawan Hoaks dan Membangun Etika Digital

Musdamori, S.Sos., C.M.K., Ketua PW IWO Bengkulu

Bengkulu, JejakKeadilan.comHoaks kian merajalela di tengah derasnya arus informasi digital. Tak tinggal diam, Ikatan Wartawan Online (IWO) Pengurus Wilayah Bengkulu pun terpanggil. Dalam momentum peringatan HUT ke-10 Berita Merdeka Online (BMO), IWO menggelar sosialisasi bertajuk “Menangkal Hoaks & Menumbuhkan Etika Bermedia Sosial” yang berlangsung di Kantor Pusat BMO, Kepahiang, Rabu (28/5/2025)..

Acara ini bukan seremonial biasa. Ia menjadi tamparan keras bagi maraknya disinformasi yang selama ini mencemari ruang digital. Narasumber utama, Dr. Zaki Antoni, S.H., M.H., langsung menguliti fakta lapangan: 90 persen warga Indonesia aktif di media sosial, namun literasi digital masih jauh dari kata ideal.

Bacaan Lainnya

“Media sosial telah menjadi medan tempur informasi. Jika kita lengah, hoaks akan merusak logika, menyulut konflik, dan menggiring opini tanpa dasar,” tegas Dr. Zaki, lugas.

Ia menyoroti pentingnya etika digital: verifikasi informasi, cek sumber, dan hindari menyebar konten yang belum jelas kebenarannya. Menurutnya, jurnalis dan netizen tak boleh jadi pion buta dalam pusaran hoaks.

Sementara itu, Musdamori, S.Sos., C.M.K., Ketua PW IWO Bengkulu sekaligus Pemimpin Redaksi BMO, menegaskan bahwa ulang tahun ke-10 BMO bukan sekadar perayaan, tapi refleksi total atas peran media selama satu dekade terakhir.

“Kami berdiri bukan untuk sekadar mengejar klik. Kami hadir untuk menyalakan kesadaran, melawan kebodohan, dan memupuk etika informasi di tengah masyarakat,” tegas Mori, sapaan akrabnya.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan selama ini, baik secara moral, logistik, hingga karangan bunga yang membanjiri Kantor BMO. Dukungan itu, menurutnya, adalah bukti nyata bahwa media yang konsisten akan selalu punya tempat di hati publik.

Tak sekadar duduk mendengar, masyarakat yang hadir dalam kegiatan ini terlihat aktif dan antusias. Salah satu warga menyatakan bahwa materi yang disampaikan membuka cara pandang baru soal literasi digital.

“Kami diajak berpikir, bukan sekadar mengikuti arus. Sekarang kami paham, bahwa jari bisa jadi senjata tajam jika tak digunakan dengan bijak,” ujar seorang peserta.

Sebagai bentuk kepedulian, BMO juga membagikan sembako kepada warga. Sebuah langkah sederhana namun mengena: jurnalisme yang hadir bukan hanya di layar, tapi juga di kehidupan nyata.

HUT ke-10 BMO mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan. Dukungan datang dalam bentuk karangan bunga, dana operasional, bahkan logistik dari instansi pemerintah hingga tokoh nasional. Di antaranya:

Banjir Dukungan, Bukan Sekadar Formalitas
HUT ke-10 BMO mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan. Dukungan datang dalam bentuk karangan bunga, dana operasional, bahkan logistik dari instansi pemerintah hingga tokoh nasional. Di antaranya:

Bupati dan wakil Bupati Bengkulu Tengah, Dinas PU , PDAM Tirta Benteng, Dinas Pendidikan, DPKAD, Kominfo, BKPSDM, DPRD, Bappeda, dan Dinas Kesehatan, BPBD, Pemadam Kebakaran, Ketua APDESI Bengkulu Tengah, Hertoni Agus Satria, Plt. Kepala Bappeda Bengkulu Tengah,

Tak hanya itu, tokoh-tokoh nasional juga mengirimkan ucapan selamat, seperti: H. Tondi Roni Tua, Sekretaris Fraksi Demokrat DPRD Sumut, Wakil Bupati Padang Lawas, H. Achmad Fauzan Nasution

Sementar itu dari pihak media Kru BeritaMerdekaOnline.com yang telah hadir di 14 Provinsi dan 78 Kabupaten /Kota di Indonesia diantaranya Kepala Perwakilan, Kepala Biro dan Wartawan dan wartawan se- Nusantara diantaranya: Kardinur KN, Kaperwil Sumatera Barat, Kepala Perwakilan Jambi, Kepala Perwakilan Kalimantan Tengah, Korwil Kabupaten Kobar–Seruyan dan Sukamara Kalteng, Kepala Biro Kota Subulussalam, Kepala Biro Kab. Barito Utara, Kepala Perwakilan Kalimantan Tengah, Korwil Provinsi Sulawesi Tengah, Moh. Basori Kaperwil Jambi,

Ini menandakan bahwa eksistensi BMO dan IWO Bengkulu telah menembus batas provinsi.

Dalam penutupan, Musdamori menegaskan kembali bahwa media harus hadir sebagai pilar kontrol sosial, bukan sebagai komoditas sensasi. Jurnalisme harus berani menghadapi tantangan zaman: algoritma yang membutakan, dan opini liar yang memecah-belah.

“Kami tidak akan tunduk pada klik bait. Kami akan terus menjadi pagar etika, menyuarakan kebenaran meski terkadang tak populer,” ucapnya mantap.

Ia juga menyatakan bahwa kolaborasi antar media, pemerintah, dan masyarakat harus diperkuat. Tanpa sinergi, ruang digital akan terus menjadi ladang subur bagi fitnah dan kebencian.

Satu dekade BMO adalah bukti bahwa media jujur dan konsisten akan selalu bertahan. IWO Bengkulu membuktikan bahwa edukasi bukan milik lembaga pendidikan semata. Media pun punya peran strategis dalam membentuk cara pikir publik.

Dengan tajuk sosialisasi yang menusuk dan refleksi yang mendalam, BMO dan IWO Bengkulu memberi pesan tegas: hoaks harus dilawan, etika harus ditegakkan, dan masyarakat harus dibangkitkan.

“Kami tidak akan diam. Di tengah kebisingan digital, kami memilih jadi suara yang menenangkan,” pungkas Musdamori. (jk)