JejakKeadilan.com – Jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang tewas tragis di Gunung Rinjani, akan dipulangkan ke kampung halamannya pada Selasa, 1 Juli 2025, pukul 00.35 WIB menggunakan maskapai Emirates Airlines. Kabid Humas Polda Bali, Kombes Aria Sandy, mengonfirmasi bahwa semua rute pemulangan telah disetujui oleh maskapai.
Pada hari yang sama, jenazah akan diberangkatkan dari Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) ke Bandara Ngurah Rai sekitar pukul 12.00 WITA. Setelah transit di Dubai dengan penerbangan EK 0399, jenazah dijadwalkan tiba di Rio de Janeiro pada 2 Juli 2025 pukul 15.50 waktu setempat.
Kronologi Kecelakaan di Gunung Rinjani
Peristiwa nahas ini terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025, saat Juliana melakukan pendakian menuju puncak Gunung Rinjani. Berdasarkan keterangan pemandunya, Juliana mulai tertinggal di area Cemara Nunggal karena kelelahan. Sang pemandu menyarankan agar ia beristirahat, sementara lima rekan pendakian melanjutkan perjalanan bersama sang pemandu.
Namun, ketika berusaha kembali menemui Juliana di lokasi istirahatnya, pemandu tidak menemukan keberadaannya. Pencarian pun dilakukan hingga akhirnya terlihat cahaya senter Juliana di bawah tebing sekitar 200 meter menuju arah Danau Segara Anak. Tim segera menghubungi pihak berwenang guna proses evakuasi. Sayangnya, Juliana ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa pada Selasa, 24 Juni 2025 di kedalaman sekitar 600 meter.
Hasil Autopsi: Luka Fatal Akibat Benda Tumpul
Pasca-evakuasi, jenazah Juliana sempat diautopsi di Rumah Sakit Bali Mandara. Berdasarkan hasil pemeriksaan, ia meninggal akibat luka parah dari benturan benda tumpul yang menyebabkan pendarahan hebat. Menurut Dokter Spesialis Forensik Ida Bagus Putu Alit, Juliana hanya mampu bertahan sekitar 20 menit sejak mengalami kecelakaan fatal.
“Dari hasil autopsi, kami menemukan tanda-tanda korban meninggal akibat pendarahan besar. Tidak ada bukti yang menunjukkan korban masih hidup untuk waktu yang lama setelah insiden. Organ limfa juga masih dalam keadaan menyimpan darah tanpa tanda-tanda penyusutan,” ujar Dokter Putu Alit.
Dokter menegaskan bahwa kematian Juliana bukan dalam waktu berkepanjangan sejak ia terluka melainkan segera setelah mengalami trauma besar pada tubuhnya.
Upaya Penyelamatan Jadi Sorotan
Kecelakaan yang menimpa Juliana Marins menjadi perhatian serius bagi seluruh pihak, terutama terkait pentingnya keselamatan dalam pendakian gunung. Tragedi ini menjadi pengingat bagi para pendaki akan risiko yang dapat muncul selama perjalanan ekstrem dan krusialnya mengikuti arahan pemandu wisata.
Jenazah Juliana kini tengah diproses untuk pemulangan ke negara asalnya dengan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk keluarga, pemerintah Brasil, serta otoritas Indonesia. Semoga tragedi ini dapat menjadi pelajaran berharga demi mencegah kejadian serupa ke depannya.
Sumber: merdeka.comJejakKeadilan.com – Jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang tewas tragis di Gunung Rinjani, akan dipulangkan ke kampung halamannya pada Selasa, 1 Juli 2025, pukul 00.35 WIB menggunakan maskapai Emirates Airlines. Kabid Humas Polda Bali, Kombes Aria Sandy, mengonfirmasi bahwa semua rute pemulangan telah disetujui oleh maskapai.
Pada hari yang sama, jenazah akan diberangkatkan dari Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) ke Bandara Ngurah Rai sekitar pukul 12.00 WITA. Setelah transit di Dubai dengan penerbangan EK 0399, jenazah dijadwalkan tiba di Rio de Janeiro pada 2 Juli 2025 pukul 15.50 waktu setempat.
Kronologi Kecelakaan di Gunung Rinjani
Peristiwa nahas ini terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025, saat Juliana melakukan pendakian menuju puncak Gunung Rinjani. Berdasarkan keterangan pemandunya, Juliana mulai tertinggal di area Cemara Nunggal karena kelelahan. Sang pemandu menyarankan agar ia beristirahat, sementara lima rekan pendakian melanjutkan perjalanan bersama sang pemandu.
Namun, ketika berusaha kembali menemui Juliana di lokasi istirahatnya, pemandu tidak menemukan keberadaannya. Pencarian pun dilakukan hingga akhirnya terlihat cahaya senter Juliana di bawah tebing sekitar 200 meter menuju arah Danau Segara Anak. Tim segera menghubungi pihak berwenang guna proses evakuasi. Sayangnya, Juliana ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa pada Selasa, 24 Juni 2025 di kedalaman sekitar 600 meter.
Hasil Autopsi: Luka Fatal Akibat Benda Tumpul
Pasca-evakuasi, jenazah Juliana sempat diautopsi di Rumah Sakit Bali Mandara. Berdasarkan hasil pemeriksaan, ia meninggal akibat luka parah dari benturan benda tumpul yang menyebabkan pendarahan hebat. Menurut Dokter Spesialis Forensik Ida Bagus Putu Alit, Juliana hanya mampu bertahan sekitar 20 menit sejak mengalami kecelakaan fatal.
“Dari hasil autopsi, kami menemukan tanda-tanda korban meninggal akibat pendarahan besar. Tidak ada bukti yang menunjukkan korban masih hidup untuk waktu yang lama setelah insiden. Organ limfa juga masih dalam keadaan menyimpan darah tanpa tanda-tanda penyusutan,” ujar Dokter Putu Alit.
Dokter menegaskan bahwa kematian Juliana bukan dalam waktu berkepanjangan sejak ia terluka melainkan segera setelah mengalami trauma besar pada tubuhnya.
Upaya Penyelamatan Jadi Sorotan
Kecelakaan yang menimpa Juliana Marins menjadi perhatian serius bagi seluruh pihak, terutama terkait pentingnya keselamatan dalam pendakian gunung. Tragedi ini menjadi pengingat bagi para pendaki akan risiko yang dapat muncul selama perjalanan ekstrem dan krusialnya mengikuti arahan pemandu wisata.
Jenazah Juliana kini tengah diproses untuk pemulangan ke negara asalnya dengan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk keluarga, pemerintah Brasil, serta otoritas Indonesia. Semoga tragedi ini dapat menjadi pelajaran berharga demi mencegah kejadian serupa ke depannya.
Sumber: merdeka.com