Warga Meranti Mengamuk di PLTD: Listrik Padam Beruntun Saat Ibadah, Kepala ULP PLN Diultimatum Begeser Di Bumi Meranti

Warga Meranti Mengamuk di PLTD: Listrik Padam Beruntun Saat Ibadah, Kepala ULP PLN Diultimatum Begeser Di Bumi Meranti

MERANTI, Jejakkeadian.Com – Kesabaran warga Kepulauan Meranti benar-benar telah mencapai titik didih. Pemadaman listrik yang terus terjadi tanpa kepastian, bahkan saat umat Islam melaksanakan ibadah, memicu ledakan emosi warga. Puncaknya, pada Jumat (24/10/2025) malam seusai Salat Magrib sekitar pukul 18.00 WIB, ratusan warga mendatangi PLTD Jalan Yos Sudarso, Selatpanjang, Kecamatan Tebing Tinggi.Wisata Kepulauan Meranti
Pemadaman listrik sebelumnya juga terjadi saat Salat Jumat. Saat khatib sedang berkhotbah, lampu tiba-tiba padam, ibadah berlangsung dalam gelap dan hening. Tidak berhenti di situ, aliran listrik kembali mati pada waktu Salat Asar hingga menjelang Magrib. Situasi itu membuat masyarakat marah dan berbondong-bondong mendatangi PLTD untuk menyuarakan kekecewaan.

Tokoh masyarakat Hendrizal, atau akrab disapa Hen Bocang, turut hadir dan berdiri di barisan depan massa. Di hadapan Kepala ULP PLN Selatpanjang, ia dengan tegas melontarkan tuntutan dan keluhan.

Turut hadir Plt Sekda Kabupaten Kepulauan Meranti, Sudanri, tokoh pejuang Meranti Haji Katan dan Aki Jang, serta sejumlah tokoh masyarakat lainnya. Aparat gabungan TNI-Polri dikerahkan untuk menjaga situasi agar tetap kondusif, meski suara massa terdengar keras, emosional, dan penuh keluhan.

Kepala ULP PLN Disorot, Massa Beri Tenggat 10 Hari

Setelah tekanan massa semakin kuat, Kepala ULP PLN Selatpanjang, Dalie Priasmoro, akhirnya keluar menemui warga. Dengan didampingi aparat keamanan dan suara terbata-bata, ia menyampaikan permohonan maaf.

“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Dalam waktu 10 hari ke depan, kami pastikan listrik akan normal kembali. Sudah ada rekomendasi dari pusat,” ujarnya.

Namun, permintaan maaf itu belum mampu meredakan amarah sepenuhnya. Salah seorang warga dengan suara lantang memberikan ultimatum

“Jika dalam 10 hari listrik tidak normal, kami minta Kepala ULP PLN angkat kaki dari Bumi Meranti!”

Ultimatum tersebut disambut sorakan setuju dari warga. Di akhir aksi, masyarakat, tokoh adat, pemerintah daerah, dan pihak PLN sepakat untuk menjadwalkan rapat evaluasi terkait jadwal pemadaman listrik dan solusi permanen agar kejadian serupa tidak terulang.

Masyarakat Menuntut Kepastian, Bukan Janji
Warga menegaskan bahwa kesabaran mereka sudah habis. Pemadaman bergilir yang tak menentu, sering terjadi di luar jadwal, dan mengganggu aktivitas ibadah hingga ekonomi masyarakat, dianggap sebagai bentuk kelalaian serius PLN. Masyarakat ingin bukti nyata, bukan sekadar janji yang berulang.

Aksi berakhir tanpa kericuhan besar berkat pengawalan aparat, namun pesan warga jelas: PLN wajib bertindak cepat atau siap menghadapi gelombang protes lebih besar..(jamaludin)