Site icon Jejak Keadilan

80 Buku Bacaan Dwibahasa, Langkah Inovatif Balai Bahasa Bengkulu Melestarikan Bahasa Daerah

Anak-anak antusias membaca buku bacaan dwibahasa yang memperkenalkan bahasa lokal Bengkulu.

Bengkulu, JejakKeadilan.com – Balai Bahasa Provinsi Bengkulu telah menerbitkan sebanyak 80 buku bacaan anak dwibahasa sebagai salah satu upaya pelestarian bahasa daerah di Indonesia. Buku-buku ini ditulis menggunakan bahasa Indonesia dan tiga bahasa daerah khas Bengkulu, yaitu Rejang, Enggano, dan Bengkulu, lengkap dengan sembilan dialeknya seperti Kaur, Mukomuko, Serawai, hingga Tunggang.

Penerbitan ini bukan sekadar untuk menambah koleksi bacaan, tetapi bertujuan memperkaya literasi anak-anak sekaligus mengenalkan kekayaan budaya bahasa lokal sejak usia dini. Kepala Balai Bahasa Provinsi Bengkulu, Andriana Johan, mengungkapkan bahwa buku bacaan dwibahasa tersebut menjadi media penting untuk menumbuhkan minat baca sekaligus alat pelestarian bahasa daerah.

“Buku ini tidak hanya menarik karena ceritanya, tetapi juga memberikan nilai edukasi agar generasi muda mengenal dan mencintai bahasa lokal mereka sendiri,” jelas Andriana di Kota Bengkulu. Menurutnya, pengenalan bahasa sejak dini adalah kunci penting untuk memastikan keberlangsungan bahasa daerah.

Buku-buku bacaan anak ini dirancang dengan tema yang sesuai usia dan memadukan nilai budaya lokal sehingga menjadi media pembelajaran yang kontekstual. Balai Bahasa berharap proyek ini terus berlanjut sehingga dapat melahirkan lebih banyak buku serupa untuk mendukung wawasan literasi generasi muda di Bengkulu.

Menurut data terkini yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, Indonesia memiliki 817 bahasa daerah yang tersebar di berbagai wilayah. Dari jumlah tersebut, Papua menjadi provinsi dengan jumlah bahasa terbanyak mencapai 400 bahasa. Dengan keanekaragaman ini, bahasa daerah memiliki potensi besar untuk dijadikan kurikulum muatan lokal di sekolah-sekolah.

Implementasi muatan lokal dalam sistem pendidikan memungkinkan siswa mempelajari bahasa daerah secara intensif, sehingga memperkuat identitas budaya bangsa dan melestarikan warisan leluhur yang semakin terancam oleh perkembangan zaman.

Langkah Balai Bahasa Provinsi Bengkulu menerbitkan buku dwibahasa ini adalah bentuk konkret dukungan terhadap pendidikan berbasis kearifan lokal yang tak hanya mendorong gerakan literasi, tetapi juga menjaga keberlangsungan bahasa sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas nasional Indonesia. (ADV)

Exit mobile version