Harimau Sumatera Muncul, Makan Ternak, Hingga Memangsa Manusia, Berikut Beberapa Faktor Penyebabnya

Mukomuko, JejakKeadilan.com – Harimau Sumatera muncul di wilayah Kabupaten Mukomuko sejak beberapa bulan belakangan. Hewan dengan mana latin Panthera Tigris Sumatrae ini, terakhir menghebihkan warga Desa Mekar Jaya Kecamatan Teras Terunjam.

Harimau Sumatera muncul di Mukomuko, menimbulkan banyak dampak, mulai dari keresahan warga, memakan hewan ternak, hingga terbaru memangsa seorang warga bernama Ibnu Oktavianto yang ditemukan dengan kondisi mengenaskan pada 8 Januari 2025.

Bacaan Lainnya

Lembaga independen, Yayasan Lingkar Inisiatif Indonesia menyebut, beberapa faktor penyebab kemunculan Harimau Sumatera. Mulai dari menampakan diri diperkebunan, lokasi wisata, mendekati pemukiman warga hingga menyerang manusia.

Dikatakan Ketua Yayasan Lingkar Inisiatif Indonesia, Iswadi, mengungkapkan, setidaknya ada 4 faktor yang menyebabkan kemunculan Harimau Sumatera tersebut hingga ke perkebunan dan mendekati pemukiman, hingga menyerang manusia.

Diantaranya, kata Iswadi, di habitatnya kemungkinan sudah tidak ada lagi stock makanan atau terputusnya rantai makanan. Hal ini menyebabkan hewan langka endemic Sumatera tersebut mencari mangsa mereka hingga ke perkebunan dan pemukiman warga.

Kemudian, juga ada factor usia Harimau yang sudah kesulitan mendapatkan hewan buruan di habitatnya. Dialam liar, usia Harimau diperkirakan hanya maksimal 12 tahun, berbeda dengan di kebun binatang yang usianya bisa mencapai 15 tahun.

‘’Sehingga Harimau tua cenderung mencari mangsa yang jinak, seperti hewan ternak warga yang ada di perkebunan maupun pemukiman warga terdekat dari habitatnya. Makanya ketika heboh muncul konflik dengan manusia, biasanya Harimau yang berusia tua,’’ jelas Iswadi.

Bisa juga, lanjut Iswadi, Harimau yang sedang dalam kondisi sakit dan membuatnya mencari mangsa terdekat. Seperti hewan-hewan ternak milik warga, termasuk manusia yang terlihat oleh Harimau Sakit tersebut.

Sedangkan factor lainnya, lanjut Iswadi, saat sedang masa asuh, dimana induk Harimau dalam masa mengajari anak-anaknya berburu. Karena hewan buruan sudah sulit didapatkan di habitat mereka atau dalam hutan, maka induk Harimau cenderung membawa anak-anaknya mencari mangsa untuk dijadikan bahan berlatih di pinggiran hutan.

‘’Harimau dalam masa asuh ini biasanya berumur 1 tahun, seperti kasus di Kecamatan Malin Deman yang mana saat itu ada hewan ternak yang mati akibat dicakar oleh harimau. Anak-anak harimau ini dilatih berburu, induknya menunggu di pinggir hutan, biasanya hanya bisa mencakar saja dan kalau anak-anak harimau ini tidak berhasil, baru induknya yang membantu,’’ ungkap Iswadi.

Iswadi juga menyampaikan, untuk territorial Harimau, satu ekor jantan membutuhkan setidaknya 100 kilometer persegi kawasan hutan atau habitatnya. Karena Harimau secara alami harus menjaga kondisi fisiknya yang sehat dan bugar, sehingga butuh melakukan berjalan minimal sejauh 40 kilometer.

‘’Dan soal territorial ini sudah menjadi masalah besar bagi Harimau, khususnya yang ada di wilayah hutan Kabupaten Mukomuko. Karena sudah terpotong-potong oleh perkebunan sawit milik perusahaan ataupun milik warga, hingga perambahan hutan,’’ Imbuh Iswadi.

Sementara itu, terkait kejadian serangan Harimau terhadap seorang warga di Desa Tunggal Jaya, Kecamatan Teras Terunjam, Kabupaten Mukomuko, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, sudah memasang kandang jebak atau perangkap, serta kamera pengintai.

Seperti yang disampaikan Kapolsek Teras Terunjam, Iptu Irfansyah Damanik, BKSDA selain memasang perangkap, juga sudah memasang 2 unit kamera pengintai di sekitar lokasi kejadian Harimau memangsa warga tersebut. ‘’Dalam perangkap dipasang umpan satu ekor kambing,’’ kata Kapolsek.

Ditambahkan Kapolsek, mereka juga sudah memberikan imbauan kepada warga untuk tidak beraktivitas sendirian, termasuk aktivitas mendekati lokasi kejadian dan sekitarnya juga dikurangi. ‘’Imbauan kepada warga untuk pasada sudah kita lakukan,’’ imbuh Kapolsek.(**)