Batang, -JejakKeadilan.Com Puluhan anggota organisasi kemasyarakatan di Kecamatan Bandar sangat antusias menyimak setiap teori seni barongsai yang disampaikan para santri Pondok Modern Tazakka.
Pelatihan tersebut sengaja digelar oleh Kodim 0736/Batang, selain memeriahkan Imlek, juga untuk mengenalkan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia, agar dipelajari oleh seluruh elemen masyarakat, sehingga kesenian yang berasal dari Negeri Tirai Bambu itu tetap lestari dan mampu berakulturasi dengan budaya tanah air.
Babinsa Koramil 07/Bandar Sertu Supriyono menyampaikan, latihan seni barongsai ini mendapat antusias yang positif dari anggota organisasi kemasyarakatan bahkan ada pula dari instansi Pemerintah Daerah.
“Ada 60 peserta dari Banser, Kokam, FKPPI, Linmas, Pemuda Pancasila, Srikandi, Linduaji, Ansor, institusi TNI bahkan Pemadam Kebakaran dan santri Pondok Modern Tazakka. Semua berbaur menjadi satu bersemangat belajar menirukan gerakan barongsai,” terangnya, usai mendampingi para peserta di lapangan Tazakka, Kecamatan Bandar, Sabtu (21/1/2023).
Dengan berlatih seni barongsai bersama dapat merekatkan tali silaturahmi antara warga Tionghoa dan anggota kemasyarakatan, khususnya yang ada diwilayah Kecamatan Bandar khususnya dan Kabupaten Batang pada umumnya.
“Kegiatan ini akan rutin dilakukan, harapannya ketika ada perayaan Imlek bisa ikut tampil, sehingga menambah kemeriahan acara,” harapnya.
Anggota Pemuda Pancasila Bandar, Sugiharjo juga mengutarakan, sedikit mengalami kesulitan untuk mempelajari seni barongsai.
“Itu karena saya masih baru. Tapi kalau belajar lebih tekun pasti saya bisa,” ujarnya.
Ia bersama seluruh rekan sangat beruntung karena dapat berpartisipasi untuk mempelajari kesenian tersebut.
“Saya sangat apresiasi melihat semangat adik-adik santri ini yang tekun dan mahir menggerakkan barongsai dengan lincah,” sanjungnya.
Sebagai langkah awal, santri Pondok Modern Tazakka, Teguh Adi bersama sejumlah rekannya memberikan teori dasar gerakan-gerakan barongsai agar mudah dipelajari.
“Kami menunjukkan teknik dasar kuda-kuda, cara melompat, memegang kepala barongsai dan lainnya,” bebernya.
Para santri mempelajari secara khusus di dalam pondok karena dijadikan sebagai materi ekstrakurikuler.
“Kami tidak hanya belajar agama Islam saja, tapi juga mempelajari seni budaya dari agama lain,” ungkapnya.
Baginya mempelajari seni barongsai merupakan kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri, karena melalui seni budaya agama lain, makin memperkokoh rasa kebhinnekaan.
Perwakilan warga Tionghoa, Agus Prastiarso mengungkapkan kebanggaannya melihat seni budaya leluhurnya dipelajari dan ditekuni oleh masyarakat lokal. Harapannya seni barongsai dapat dilestarikan di Kabupaten Batang.
“Tadi penampilan mereka sudah cukup baik, kita lihat dari kelincahannya,” tandasnya. (Pen-0736/Hr)Doni Kurniawan
2 Komentar