Palembang, JejakKeadilan.com – 3 Februari 2025 – Sejumlah alumni Universitas Terbuka (UT) Palembang yang akan mengikuti prosesi wisuda pada 12 Februari 2025 menyampaikan keberatan mereka terkait lokasi wisuda serta ketidakjelasan transparansi dana yang telah dibayarkan. Wisuda yang rencananya akan diselenggarakan di Asrama Haji dinilai tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh para peserta.
Setiap peserta wisuda dikenakan biaya Wisuda D3, D4 & S1 (Diploma & Sarjana) Rp.750.000, S2 & S3 (Magister & Doktor) Rp.1.000.000 dengan total peserta sekitar 950 orang kurang lebih. Namun, para alumni mempertanyakan bagaimana kalkulasi dana tersebut dilakukan, mengingat di beberapa daerah lain dalam lingkup UT, wisuda justru dilaksanakan di hotel mewah dengan biaya yang sama. Mereka menyoroti bahwa pada tahun-tahun sebelumnya, wisuda pernah digelar di tempat yang lebih representatif seperti Hotel Santika Premiere, bahkan pada 2021 hingga 2023, wisuda sempat digratiskan.
Keberatan ini semakin memuncak ketika salah satu staf UT Palembang memberikan tanggapan di grup Facebook Universitas Terbuka yang dianggap kurang bisa diterima oleh para alumni. Dalam pernyataannya, staf tersebut mengklaim bahwa kebijakan penghematan anggaran dari pemerintah melarang penyelenggaraan event besar, serta uang yang dibayarkan oleh peserta masuk ke kas negara. Pernyataan ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan alumni, mengingat biaya yang dibayarkan berasal dari uang pribadi peserta, bukan dari anggaran negara.
Tak hanya itu, para alumni juga mengeluhkan tindakan yang dilakukan oleh akun Instagram resmi @utpalembang. Mereka mengaku bahwa beberapa komentar yang mempertanyakan transparansi dana telah dihapus, dan pada 3 Februari 2025, kolom komentar di akun tersebut bahkan ditutup. Hal ini menambah kekecewaan mereka yang merasa tidak mendapatkan ruang untuk menyuarakan aspirasi.
Selain itu, dalam sebuah tanggapan yang ditujukan kepada pimpinan dan staf Universitas Terbuka Palembang, para alumni menyampaikan rasa kecewa mereka terhadap perlakuan yang dinilai berbeda dibandingkan dengan UPBJJ di kota lain. Mereka menegaskan bahwa meskipun kelulusan hanyalah simbol, momen wisuda merupakan puncak dari perjuangan akademik yang telah mereka tempuh dengan berbagai pengorbanan selama bertahun-tahun. Mereka juga menyatakan bahwa keputusan memilih Asrama Haji sebagai lokasi wisuda bukanlah permasalahan utama, tetapi mereka mempertanyakan mengapa dengan biaya yang sama, peserta dari UPBJJ lain mendapatkan fasilitas yang lebih baik.
“Kami akan sangat mengerti jika memang adanya peraturan baru yang diterapkan tahun ini. Namun, kejujuran dan transparansi sangat kami harapkan. Kami bangga menjadi bagian dari Universitas Terbuka, tetapi kami merasa dibedakan dari yang lain. Hari wisuda seharusnya menjadi hari yang kami tunggu-tunggu sebagai puncak perjuangan kami, tetapi kebijakan ini membuat kami kecewa,” ungkap salah satu alumni dalam pernyataannya.
Para alumni UT Palembang berharap ada penjelasan yang lebih transparan dari pihak kampus mengenai penggunaan dana wisuda dan alasan perbedaan fasilitas yang diberikan dibandingkan dengan peserta dari daerah lain. Mereka juga meminta pihak kampus untuk lebih terbuka dalam menanggapi keluhan dan aspirasi mahasiswa serta alumni.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Universitas Terbuka Palembang belum memberikan klarifikasi resmi mengenai permasalahan ini. (**)