Hidup yang Hancur Akibat Longsor Dekat Tambang Batu Bara: Jeritan Warga Karta Dewa

PALI, JejakKeadilan.com – Kisah penuh perjuangan dan duka datang dari Sumarsono, seorang warga Dusun IV Desa Karta Dewa, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Pria sederhana ini kehilangan mata pencahariannya setelah bangsal batu yang dibangun dengan susah payah tenggelam akibat longsor Sabtu (15/3/25). Bangsal tersebut tak jauh dari area tambang batu bara PT. Pendopo Energi Batubara (PEB).

Sumarsono memulai usahanya di awal tahun 2000-an, jauh sebelum tambang batu bara berdiri di wilayah itu. Dengan berbekal kerja keras dan harapan sederhana, ia memproduksi bata merah untuk mencukupi kebutuhan istri dan empat anaknya. Kini, setelah longsor melanda, penghasilan satu-satunya itu hilang.

Bacaan Lainnya

Saat ditemui pewarta di rumahnya, raut wajah Sumarsono tampak lesu. Ia berharap ada uluran tangan dari pihak perusahaan atau pun pemerintah untuk membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari setelah kehilangan sumber nafkah utama.

“Saya benar-benar bingung harus bagaimana sekarang. Tidak tahu lagi mau mencari nafkah di mana. Semoga ada bantuan, entah itu dari perusahaan atau pemerintah,” ungkap Sumarsono dengan nada getir.

Kondisi serupa juga dirasakan oleh Cucu, warga lain di sekitar tambang yang turut terdampak kejadian ini. Bangsal batunya ikut tertimpa longsor, meninggalkan kerugian besar tanpa bantuan apapun sejak tambang mulai beroperasi.

“Sejak tambang itu berdiri, rasanya tidak ada kontribusi nyata bagi kami warga sekitar. Bantuan sembako saja tidak pernah kami terima,” keluh Cucu. Ia berharap perusahaan memberikan kompensasi serta kepedulian terhadap masyarakat yang kehidupannya bergantung pada usaha kecil seperti miliknya.

Di sisi lain, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PALI, Ahmad Hidayat ST, langsung bertindak cepat. Ia menginstruksikan timnya untuk melakukan evakuasi di area terdampak longsor.

“Syukur Alhamdulillah tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, kerugian materiil memang belum dapat kami hitung secara rinci. Kami juga berencana berkoordinasi lebih lanjut dengan Dinas Lingkungan Hidup dan pihak perusahaan,” ujar Ahmad.

Menanggapi bencana tersebut, Sekjen Masyarakat Pendukung Gibran Kabupaten PALI, Anto, menyatakan akan terus memantau perkembangan kasus ini sekaligus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait.

“Kami ingin memastikan apakah ini sepenuhnya dampak aktivitas pertambangan batu bara atau fenomena alami. Semua pihak harus dilibatkan untuk penyelesaian masalah ini,” tegas Anto. (aprianto)