MERANTI JEJAKKEADILAN.COM – Kebocoran pipa minyak milik PT ITA di Desa Bagan Melibur, Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, kembali menggugah perhatian publik. Sorotan tajam datang dari Jamaludin, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Gabungan Wartawan Indonesia (DPC GWI) Kabupaten Kepulauan Meranti, yang juga putra asli daerah setempat.
Jamaludin menilai penanganan yang dilakukan perusahaan masih jauh dari prinsip tanggap darurat dan pemulihan lingkungan yang ideal. Ia menegaskan bahwa dalam industri migas, setiap insiden kebocoran seharusnya ditangani secara komprehensif dan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), bukan sekadar tindakan sementara yang menutupi dampak di permukaan.
“Membersihkan tumpahan minyak tidak bisa hanya menimbun tanah tercemar. Seluruh lapisan tanah yang terkontaminasi harus diangkat dan diolah sesuai prosedur lingkungan. Jika tidak, residu minyak akan kembali mencemari saat hujan atau panas ekstrem,” ujarnya dengan nada tegas.
Lebih lanjut, Jamaludin mempertanyakan peran pengawasan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kepulauan Meranti dalam memastikan penanganan sesuai regulasi. Ia mendesak agar proses remediasi dilakukan secara terbuka dan dapat dipantau publik, mengingat dampaknya berpotensi meluas ke lahan warga dan sumber air sekitar.
Selain itu, Ketua DPC GWI tersebut menekankan pentingnya investigasi mendalam terhadap penyebab kebocoran. Ia menduga kerusakan pipa bisa disebabkan oleh korosi akibat usia teknis, kelemahan pada sambungan, benturan alat berat, hingga kemungkinan adanya praktik illegal tapping yang kerap terjadi di jalur distribusi minyak.
“Tanpa analisis penyebab yang akurat, kejadian serupa akan terus berulang. Pengawasan internal perusahaan dan evaluasi eksternal oleh instansi berwenang menjadi kunci agar ini tidak terulang,” imbuhnya.
Insiden kebocoran yang terjadi pada Kamis malam (9 Oktober 2025) itu mengejutkan warga Bagan Melibur. Tumpahan minyak ditemukan tidak jauh dari kawasan STKIP Meranti dan pemukiman penduduk, menimbulkan kekhawatiran akan dampak kesehatan serta keselamatan lingkungan.
Kepala Desa Bagan Melibur, Isnadi Esman, membenarkan adanya kebocoran tersebut. Ia menyebut warga sempat panik karena lokasi insiden sangat dekat dengan rumah penduduk dan fasilitas umum. Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari pihak PT ITA terkait penyebab maupun langkah konkret pemulihan lingkungan.
Jamaludin menegaskan, kasus ini seharusnya menjadi momentum bagi semua pihak, baik perusahaan, pemerintah, maupun masyarakat, untuk memperkuat budaya transparansi, akuntabilitas, dan kepedulian ekologis.
“Industri migas harus beroperasi bukan hanya untuk keuntungan ekonomi, tapi juga menjunjung tinggi tanggung jawab sosial dan lingkungan. Itu esensi dari pembangunan berkelanjutan,” tutupnya.(jamaludin)